SELAMAT BERKUNJUNG DI BLOG SAYA

Jumat, 08 Juni 2012

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)



Satuan Pendidikan       : SMA
Mata Pelajaran             : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester            : XI/I
Alokasi Waktu             : 2 x 40 menit

A.  STANDAR KOMPETENSI
      Menulis: menggungkapkan pikiran, pendapat, dan informasi dalam penulisan karangan berpola     deduktif dan induktif.

 B. KOMPETENSI DASAR
   Menulis karangan berdasarkan topik tertentu dengan pola pengembangan deduktif dan induktif

 C  INDIKATOR

   1.  Kognitif
    a proses
  •     Menemukan kalimat yang mengandung gagasan utama pada paragraf
  •     Menemukan kalimat penjelas yang mendukung kalimat utama
  •     Menemukan paragraf induktif dan deduktif

   b  Produk
  •     Menentukan kalimat yang mengandung gagasan utama pada paragraf
  •     Menentukan kalimat penjelas yang mendukung kalimat utama
  •     Menentukan paragraf induktif dan deduktif

   2. Psikomotor
    Menjelaskan perbedaan paragraf deduktif dan induktif 

3.    Afektif 
       a.    Karakter
  •     tanggung jawab
  •     kritis
  •      disiplin
   b..  Keterampilan sosial
  •     Berbahasa santun dan komunikatif
  •     Partisipasi dalam (kerja sama) kelompok
  •     Membantu teman yang mengalami kesulitan

  D. TUJUAN PEMBELAJARAN

   1. Kognitif
    a.  Proses
     Setelah membaca dan memahami ragam wacana tulis dengan membaca intensif dan membaca        nyaring, siswa secara berkelompok diharapkan dapat
  •     Menemukan kalimat yang mengandung gagasan utama pada paragraf
  •     Menemukan kalimat penjelas yang mendukung kalimat utama
  •     Menemukan paragraf induktif dan deduktif
   b.  Produk
       Setelah menemukan hasil pencapaian tujuan proses di atas, siswa secara berkelompok               diharapkan dapat
  •     Menentukan kalimat yang mengandung gagasan utama pada paragraf
  •     Menentukan kalimat penjelas yang mendukung kalimat utama
  •     Menentukan paragraf induktif dan deduktif

    2  Psikomotor
       Setelah menentukan dan memahami hasil pencapaian tujuan produk di atas, siswa secara mandiri diharapkan dapat
    Menjelaskan perbedaan paragraf deduktif dan induktif 
   3.     Afektif 
        a.    Karakter
     Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperlihatkan kemajuan dalam berperilaku yang meliputi sikap
  •     tanggung jawab
  •     kritis
  •      disiplin
      b.    Keterampilan sosial
     Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperlihatkan kemajuan kecakapan sosial yang meliputi:
  •     Berbahasa santun dan komunikatif
  •     Partisipasi dalam (kerja sama) kelompok
  •     Membantu teman yang mengalami kesulitan

    E.  MATERI PEMBELAJARAN
  •      Paragraf yang berpola deduktif dan induktif
  •      Kalimat utama dan kalimat penjelas
  •     Perbedaan deduktif dan induktif

    F.  MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
  •     Pendekatan: Pembelajaran Kontekstual
  •     Model Pembelajaran: Kooperatif Tipe STAD
  •     Metode: tanya jawab, pemodelan, penugasan, dan unjuk kerja

    G. BAHAN DAN MEDIA
  •     Wacana tulis (artikel)
  •     LKS
  •     Kertas HVS
  •     ALAT
  •     Spidol
  •     Format evaluasi
  •     Pedoman penilaian dan penskoran


H. SKENARIO PEMBELAJARAN
              
Nokegiatan
penilaian pengamat
A1Pertemuan 1 (80 MENIT)
Kegiatan Awal (15):
Tahap 1 (5 menit): Pemancingan dengan mula-mula menanyakan kesiapan belajar siswa, lalu menanyakan pengetahuan dan pengalaman siswa tentang paragraf.
Tahap 2 (10 menit): Pengarahan dengan mula-mula bertanya jawab tentang jenis-jenis paragraf  berdasarkan letak kalimat utamanya, kemudian diakhiri dengan penegasan guru tentang tujuan pembelajaran yang harus dicapai dalam proses pembelajaran pada pertemuan itu.              
1
2
3
4
B1Kegiatan Inti (55 menit):(55 menit):
guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, kemudian memberikan pemahaman kepada siswa mengenai paragraf deduktif dan induktif, serta perbedaan antara kalimat utama dan kalimat penjelas              




C1Kegiatan Akhir (10 menit)
  Siswa bersama guru merumuskan kesimpulan umum atas semua butir pembelajaran yang telah dilaksanakan;
Siswa  diminta menyampaikan kesan dan saran (jika ada) terhadap proses pembelajaran yang baru selesai mereka ikuti;
    Guru menugaskan siswa untuk mencari artikel di media masa yang akan mereka identifikasi paragraf deduktif dan induktif  







   I. SUMBER PEMBELAJARAN

  •     Wacana tulis
  •     Materi Essensial MGMP Sekolah
  •     Lembar Pegangan Guru
  •     LKS 1 ; LKS 2
  •     LP 1 ; LP 2
  •     Silabus


    J. EVALUASI DAN PENILAIAN

    a.  Evaluasi
       Evaluasi Proses: dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas peserta  (siswa) dalam   menggarap tugas, diskusi, kegiatan tanya jawab, dan dialog informal.
    Evaluasi Hasil: dilakukan berdasarkan analisis hasil pengerjaan tugas dan pengerjaan tes, dan pengamatan unjuk keterampilan (performance)

     b. Penilaian
        a) Jenis Tagihan Penilaian: LKS 1 dan LP 1, LKS 2 dan LP 2, , LP 4, LP 5
  •     Tugas Individu: menggunakan LKS 3 ; LP 3
      b)    Bentuk Instrumen Penilaian:
  •     Uraian bebas
  •     Jawaban singkat
  •     Pilihan ganda







LEMBAR PEGANGAN GURU
 (LPG)

a. Pengertian Paragraf
     Paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, “menulis di samping” atau “tertulis di samping“) adalah Unit terkecil sebuah karangan yang terdiri dari kalimat pokok atau gagasan utama dan kalimat penjelas atau gagasan penjelas. Paragraf dikenal juga dengan nama lain alinea. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi.
Syarat sebuah paragraf di setiap paragraf harus memuat dua bagian penting, yakni :
a) Kalimat utama
Biasanya diletakkan pada awal paragraf, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian tengah maupun akhir paragraf. Kalimat pokok adalah kalimat yang inti dari ide atau gagasan dari sebuah paragraf. Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat lainnya dalam bentuk kalimat penjelas.
b)  Kalimat Penjelas
Kalimat penjelas adalah kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau detail rincian dari kalimat pokok suatu paragraf.

b.Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama
    Letak kalimat utama juga turut menentukan jenis paragraf. Penjenisan paragraf berdasarkan letak kalimat utama ini terbagi atas 4 yakni :

a) Paragraf Deduktif
Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama. Kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi menjelaskan kalimat utama. Paragraf ini biasanya dikembangkan dengan metode berpikir deduktif, dari yang umum ke yang khusus.

Dengan cara menempatkan gagasan pokok pada awal paragraf, ini akan memungkinkan gagasan pokok tersebut mendapatkan penekanan yang wajar. Paragraf semacam ini biasa disebut dengan paragraf deduktif, yaitu kalimat utama terletak di awal paragraf.

b)  Paragraf Induktif
Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan atau perincian-perincian, kemudian ditutup dengan kalimat utama. Paragraf ini dikembangkan dengan metode berpikir induktif, dari hal-hal yang khusus ke hal yang umum.

c) Paragraf Campuran (Deduktif-Induktif)
Pada paragraf ini kalimat topik ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf. Dalam hal ini kalimat terakhir berisi pengulangan dan penegasan kalimat pertama. Pengulangan ini dimaksudkan untuk lebih mempertegas ide pokok. Jadi pada dasarnya paragraf campuran ini tetap memiliki satu pikiran utama, bukan dua.

d) Paragraf Tersebar
Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama, berarti pikiran utama tersebar di seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut. Bentuk ini biasa digunakan dalam karangan berbentuk narasi atau deskripsi.



DAFTAR PUSTAKA
Irawan, yudi (dkk). 2007. Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Perbukuan


LEMBAR PENILAIAN
   
    LP 1: KOGNITIF PROSES    
NOkomponen deskriptor skor  bobot skor x bobot catatan
1Menemukan kalimat utama dan kalimat penjelas dalam  paragraf a.Dapat menemukan kalimat utama  dan kalimat penjelas pada semua paragraf

b.Hanya dapat menemukan kalimat utama  dan  kalimat penjelas pada beberapa  paragraf .

c.Tidak dapat menemukan  kalimat utama dan kalimat penjelas dalam paragraf.

2





1




0
   5 

2Menemukan paragraf yang berpola deduktif dan induktifa.Dapat menemukan paragraf yang berpola deduktif dan induktif  pada semua paragraf

b.Hanya dapat menemukan paragraf yang berpola deduktif dan induktif  pada beberapa  paragraf .

c.Tidak dapat menemukan  paragraf yang berpola deduktif dan induktif  pada semua paragraph
2




1






0
   5



Catatan :  0 = Sangat kurang
                1  = kurang
                 2 = baik 
Cara Pemberian Nilai
Rumus : nilai = (skor perolehan siswa)/(skor maksimum)    X 100

              
LP 2 : KOGNITIF PRODUK
NoKomponenDeskriptor skor bobot skor x bobot catatan
1Menentukan kalimat utama dan kalimat penjelas dalam  paragraf a.Dapat menentukan kalimat utama  dan kalimat penjelas pada semua paragraf

b.Hanya dapat menentukan kalimat utama  dan  kalimat penjelas pada beberapa  paragraf .

c.Tidak dapat menentukan  kalimat utama dan kalimat penjelas dalam paragraf.
  2




  1




  0
  5


2
Menentukan paragraf yang berpola deduktif dan induktif a.Dapat menentukan paragraf yang berpola deduktif dan induktif  pada semua paragraf

b.Hanya dapat menentukan paragraf yang berpola deduktif dan induktif  pada beberapa  paragraf .

c.Tidak dapat menentukan  paragraf yang berpola deduktif dan induktif  pada semua paragraf  

2




1





0
  5



Catatan :  0 = Sangat kurang
                1  = kurang
                2 = baik 
Cara Pemberian Nilai
Rumus: nilai = (skor perolehan siswa)/(skor maksimum)    X 100
              

LP 3 = PSIKOMOTOR
NoKomponen Deskriptor  Skor  Bobot skor x bobot catatan
1Menjelaskan perbedaan paragraf deduktif dan induktifa.Dapat menjelaskan dengan sangat jelas dengan bahasa yang efektif dan santun.

b.Dapat menjelaskan, namun dengan terbata-bata.

c.Tidak dapat menjelaskan apa-apa.  
  3



  2




  0
  5



Catatan :  0 = Sangat kurang    
                2 = cukup baik
                3 = baik 
Cara Pemberian Nilai
Rumus: nilai=(skor perolehan siswa)/(skor maksimum)    X 100


LP 4 =  Afektif : Perilaku Berkarakter

Petunjuk :
Berikan penilaian atas setiap perilaku berkarakter siswa menggunakan skala berikut :
A = sangat baik            B = memuaskan
C = Cukup baik            D = kurang baik


NoRincian Tugas Memerlukan perbaikan (D) Menunjukan kemajuan (C) Memuaskan (B)
Sangat baik (A)
1Tanggung jawab



2Kritis



3Disiplin






                                                                                                           Hari/Tanggal :

                                                                                                         Guru/Pengamat


                                                                                                      (…………………..)




LP 5 = Afektif : Perilaku Keterampilan Sosial

Petunjuk :
Berikan penilaian atas setiap perilaku berkarakter siswa menggunakan skala berikut :
A = sangat baik            B = memuaskan
C = Cukup baik            D = kurang baik

No
Memerlukan perbaikan (D)

Menunjukan kemajuan (C)

Memuaskan (B)
 Memuaskan(B)  Sangat baik(A)
1Berbahasa santun dan komunikatif 



2Partisipasi dalam (kerja sama) kelompok 



3Membantu  teman yang kesulitan







                                                                                              Hari/Tanggal :

                                                                                            Guru/Pengamat


                                                                                        (…………………..)




MEDIA PEMBELAJARAN

Bacalah Kutipan Artikel Berikut!
Efek Rumah Kaca
      Segala sumber energi yang terdapat di bumi berasal dari matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika mengenai permukaan bumi, energi berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan bumi. Permukaan bumi akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini sebagi radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun, sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbondioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini.gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi. Akibatnya panas akan tersimpan di permukaan bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata  tahunan bumi terus meningkat.
     Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsenterasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya. Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala mahkluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15˚C (59˚F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33˚C (59˚F) dengan efek rumah kaca (tanpanya suhu bumi hanya -18˚C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan bumi). Akibatnya jumlah gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, pemanasan global menjadi akibatnya.
     Kenaikan suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan.misalnya naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis hewan
     Beberapa hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi pada masa depan dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perbedaan politik dan publik di dunia mengenai tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut. Sebagian besar Negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca


                                                                                                                     Kendari, Desember 2011
Guru Pamong                                                                                              Mahasiswa KKP     

                                                     
HARLINA, S.Pd                                                                                           A R I S
NIP  197605292007012012                                                                          A1D1 07 105




                                                                  Mengetahui,
                                                 Kepala SMA Kartika VII-2 Kendari


                                                      Drs. H. NP. DAHLAN

Kamis, 07 Juni 2012

JIWA YANG MATI

Aku takan menoleh kebelakang
Karena dia penuh dengan senjata yang siap membunuhku
Aku juga takan jauh melangkah kedepan
Karena dia penuh dengan teka-teki yang tak terbayang

Kamu adalah masa laluku
Dan tak akan kubiarkan kau membunuh hatiku
Kamu pula bukan masa depanku
Karena hatimu diselimuti mimpi semu yang tak bertumpu

Biarkan aku menari dengan apa yang aku miliki sekarang
Biarkan aku menari dengan irama hatiku yang sekarang

Dunia selalu senyum kepadaku
Namun aku selalu mengabaikannya syahwatku
Dunia merindukan hatiku
Tapi aku terlalu larut dengan dosaku

Aku tak takut dengan masa lalu
Aku tak pusing dengan masa depan
Aku hanya ingin berbuat sesuatu
Agar semua orang bahagia karenaku
Karena mungkin hari ini adalah hari terakhir untuku

Biarkan jiwaku mati dengan tersenyum dalam kepuasan hati menghadap Rabb-Nya yang penuh dengan kasih
Dan biarkan akalku menari disinggasana kebenaran
Yang takkan pernah kutemui disaat bodohku

IKRAWATI

HATI YANG BODOH

Barangkali kau perintahkan aku untuk membaca
Membaca ungkapan satu frasa itu
Bergeming bukan tak mengerti
Dilema bukan karena benci
              Tetapi
Menyesal, karena hati yang bodoh
Tak bisa membaca arti ungkapan satu frasa itu
IKRAWATI

MENYELAMI SAMUDRA CINTA

Seribu tangisan manusia
Menjerit akibat luka hati yang lahir karena duka
Manggaung gendang hati dengan nada kesedihan
Hingga akhirnya cintalah sebagai tertuduhdari semua luka yang tak tertahan

Apakah cinta sekejam dan sesadis itu?
Ataukah dia hanyalah sesuatu yang serupa dengan cinta, tetapi hakikatnya sangat berbeda

Cinta sebuah kata yang sederhana tapi maknanya tersimpan jauh dan utuh di dalam palung hati yang tak bertepi,
Cinta adalah sebuah rasa yang tak berumus yang bisa memberikan jawaban,
Cinta sebuah energi yang bisa merubah apa saja,
Cinta sebuah misteri yang rahasianya tidak bisa dipecahkan dengan mudah, dan
Cinta adalah sebuah sunatullah yang manusia tak mampu menghindrinya

Sungguh cinta tidak akan bisa di kenali oleh manusia yang dangkal ilmunya
Tidak akan bisa dirasakan bagi orang yang lemah imannya
Cinta berjuang pada kebahagiaan yang tidak akan ditemui manusia-manusia yang tidak bersabar
Ketahuilah, di dalam hati ada sesuatu yang serupa dengan cinta
Tapi dampaknya begitu beda lagi berujung sengsara
Dialah nafsu yang menggoda
Senjata bagi syaitan untuk manusia yang lemah imannya

Ketahuilah sang manusia
Cinta tersusun dari ilmu dan iman
Yang kemudian Allah sempurnakan dengan lima perkara
Jujur, setia, pengorbanan, kasih dan sayang
Karena cinta  tidak akan hadir  di hati manusia yang bodoh dan lemah imannya.

IKRAWATI

PEMBURU YANG LUPA MATI

Ramai yang membawa pada kesunyian
Beribu senyum hadir di tempat ini
Tapi yang aku tahu mereka tak sedikitpun bahagia
Hanya mencoba memerankan karakter yang menjadi takdir manusia
Senyuman yang hadir hanya untuk menutup sejuta luka
Akibat godaan dunia yang begitu menyiksa

Sungguh pandanganku ini penuh dengan sandiwara
Tak sedikit yang bahagia
Yang mereka rasakan hanyalah kesenangan yang mengantarkan mereka kedimensi tidak pastian
Dimana penuh syahwat hasil perjuangan para syaitan

Aku disini hanya mampu tersenyum dan terpukau
Dengan kebodohanku yang lahir karena kebodohan para budak-budak nafsu ini
Karena aku tau ini bukan tempat hatiku

Lindungilah aku wahai Sang Pelindung
Dari godaan yang begitu melezatkan ini
Karena aku tau ini wejangan buat mereka yang labil jiwanya
Yaitu pemburu yang lupa mati

IKRAWATI


BEBAS

Tak perlu mengeluh
Lintasi jalur hatimu
Ikuti setiap detak jantungmu
Jika kau temukan samanya tolong katakan
Jika kau kesasar, carilah jalan pulangmu

IKRAWATI

TAUBATKU

Tidak ada yang terlihat dari penjuru mata angin tempat aku menghadapkan wajahku
Kecuali wajah-Mu
Tidak ada yang selalu barsama dalam suka dan duka
Kecuali diri-Mu
Tidakl ada yang mampu mendengar bisikan hati dalam sedihku
Kecuali telinga-Mu
Tidak ada yang mampu menolong dari musibahku
Kecuali kuasa-Mu

Aku begitu melupakan-Mu dengan syahwatku
Aku begitu mengabaikan-Mu dengan bodohku
Aku begitu berani dengan sombongku
Aku begitu kotor dengan sifatku

Izinkan aku menghadap-Mu dengan jiwa lemah lagi kotor ini
Sucikan jiwa dan hatiku dengan kasih ampunan-Mu
Hinnga aku bersih sebagaimana fitrahku lahir ke dunia ini
Hempaskanlah aku dari sesat-Mu dengan cinta menuju jalan-Mu

Aku yakin takan mampu seperti para kekasih-kekasih-Mu
Tapi Engkau Sang Pengasih lagi penyayang
Biar aku mengecup indahnya jannah-Mu
Karena aku takut dengan jahannam-Mu

Kuhambakan diriku kepada-Mu
Mengharap berjuta kasih-Mu
Agar aku tergolong orang-orang yang beruntung di wajah-Mu
Terimalah taubatku.

IKRAWATI

RINTIHAN IBU PERTIWI

Tahukah apa yang pertama kali kau hirup?
Adalah udaraku dari berjuta daun yang terhampar di tubuhku
Tapi mengapa saat kau mampu dan kuat,
Engkau habiskan batang daunku dengan serakahmu

Tahukah air yang pertama kali basahkan tenggorokanmu?
Adalah tetesan kasihku kepadamu dari mata air susu ditubuhku
Tapi mengapa saat kau mampu dan kuat,
Engkau cemari dengan limbah hatimu

Tahukah tanah yang pertama kali kau pijak?
Adalah kulitku yang sebagiannya bahan baku ciptaanmu
Tapi mengapa saat kau mampu dan kuat,
Engkau tumpahkan darah saudaramu di kulitku

Aku tidak menghitung-hitung kebaikanku padamu wahai anakku
Aku tidak marah karena cintaku besar kepadamu
Aku pula tidak benci kepadamu karena engkau adalah darah dagingku
Aku hanya ingin kau memperhatikanku dengan kasihmu

Bangkitlah wahai putra putriku
Tunjukan pada dunia bahwa kalian adalah anak-anak pertiwi yang hebat
Yang mampu menaklukan dunia dibawah semangat tumpah darahku
Hingga aku bangga memiliki kalian disisiku
Bangga dengan Indonesiaku di hatimu

  IKRAWATI

MITOS DALAM BAHASA MUNA




TULA-TULANO SANGIA WA RUMBAI

OLEH : IKRAWATI
 

        Dhamani wawono nando nekonando Wa Rumbai. Wa Rumbai nagha neano robhine, nifahamughondo awando Wale-ale. Bhahi tutula, dhamani wawono Sangia Wa Rumbai maitu konano seghonu kontu te gununo Wale-ale. Kontu anagha lateno te wunta-wunta, noreme pedamo seghonu medha notukoe fato poi kontu morubuno. Ne wuntano nando o loso nekonando losono radhaki.
Losono radhaki anagha nembali katantuano radhakino liwu setaghu folu. Noraku kaawu maanano bongkano taghu, nikonando fonisihano Tuturano Sangia. Nolapasi kaawu dhalangino tutura, nofolukumo limano Mampeda nelosono kontu sangia otawa losono radhaki. Barangka nofoluku limano Mampeda inia, nondalo maka noratoe dasarano, maananoa nondalo dua radhakino liwu setaghu folu. Pedamo dua nampu nofoluku limano Mampeda mina nandalo losono, sonorowi noratoemo, maanano nomaho dua radhaki otawa dowise-wise radhakino liwu.
Nando seghonu kadhadhia welo liwu. Doratomo tantara katuduno Ternate nekonando kapoburusino Tobelo, damohansuru liwuno Wale-ale. Damohansurumo kaawu liwuno Wale-ale ini, dofitingkemo bisara, lenteno maigho te  wawono gunu Wa Rumbai ini.
“lahae bhara itu somohansuruno Wale-ale?”
Dofitingke kaawu bisara anagha tantara Tobelo kansuru dofoni te wawonpo gunu Wa Rumbai ini, dokapihi totono kamaighohano bisara amaitu. Gara bisara nifitingkendo maitu nobhete maigho welo sepoi kontu bhalano (kontu sangia). Pasino anagha tifitengkemo tora suara: “Koe omehanda-handamua ne Wale-ale ini. Liwu aini liwu molala, Kadikiho ewangi omu mieno, karukunokarukuno kaawu paemo otumaloe omu, Natumalo karukono, potumaloeomu kontuno, Natumalomo kontuno, potumaloeomu oeno, Natumalomo oeno, potumaloeomu wutoku.”
Tantara tobelo difitingke bisara anagha nohende amarando. Dopamurumo tantara Tobelo ini damohansuru kontu bisarano nagha.
Dadihanomo kontu Sangia Wa Rumbai mina nengkonu peda sawawono, rampahano doturakie tantara Tobelo. Tudu pogau, sesehae doratomo kawule tantara Tobelo ini bhe noratoda kampau. Dealamo roono sau maanano so kaempesindo daolodo welo kawule bhe kampaundo maitu. Pasino kaawu, noratodamo kamoito molala kosighulundo. Kulindo norara pasae nikantibhano rendeno ifi. Kansuru dofele-filei tantara Tobelo ini.
Bhahi pogau, nandomo dua welo liwu mie kakalabhia otawa o wali-wali, neano Wa Rumbai. Wa Rumbai nagha nifahumughondo liwu awanomo Wale-ale, rampano anoamo nagha bha-bhano tumarimano kitabu maigho ne Saidhi Rabba o Quraani.
Nando kaawu kadhadhiano tantara Tobelo ini, dosangiaemo mieno liwu kontu bisarano nagha. Nefoghonumo mieno liwu Wa Rumbai ini damufakagho so Tuturano Kontu Sangia. Dopokakapoimo mieno liwu maanano, dorame-rame bhe damongarohiane maitu mbali tumpuno lalondo maananoa, sawali dhasano kontu sangia notalo tantarano Tobelo.
Welo tuturano sangia doniati mbali kasama bhari-bhari bhe kasalamano liwu. Nobhatatamo Wa Rumbai ini we lalo tuturano maitu: “laha-lahae pata marasaeano fonisihano tuturano sangia, namintarae sangiano wite. Nakumala te karuku natumabhurie kampulaho, tawa nakumala we tehi natumoloe buea, natibuna wurino, naeghefi-ghefi, naeghabu-ghabu we witeno morani.” Knsuru noila Wa Rumbai maitu.
Dhadhihanomo kontu sabgia dokonae Sangia Wa Rumbai, rampahano dofahamuane mieno liwu, Wa Rumbaimo ini pasarangkano welo kontu tumalonomo kampuburusi otawa tantara Tobelo ini. Sesetaghu namesua wulano puasaha, Sangia Wa Rumbai sadhia dotuturae nikonandomo Tuturano Sangia Wa Rumbai.


TAMAT

ANALISIS KESALAHAN SINGKATAN DAN AKRONIM PADA KORAN KENDARI POS EDISI 2 MARET 2012


BAB 1
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang

         Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang dibanggakan bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, sebagai warga negara Indonesia diharapkan dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dalam bahasa Indonesia dikenal berisi banyak singkatan dan akronim yang digunakan sehari-hari dan tersebar di seluruh Indonesia. Buktinya dapat dilihat di koran, plakat besar, di televisi dan media lainnya. Dari singkatan dan akronim tersebut kebanyakan oarang sudah mengetahuinya karena sudah disepakati dan bersifat umum. Tetapi ada juga singkatan dan akronim yang tidak dipahami masyarakat sebab setiap bidang memiliki singkatan dan akronim tersendiri, seperti dibidang politik, bidang olahraga, bisnis, pendidikan dan yang lainnya. Akhir-akhir ini, terbit di The Manila Times, terdapat artikel tentang adanya akronim-akronim dalam bahasa Indonesia yang berlebihan. Semakin lama, semakin banyak akronim-akronim dan singkatan dikenalkan di dalam bahasa Indonesia, maka semakin susah orang-orang asing untuk mengerti dan orang Indonesia sendiripun banyak yang tidak mengerti istilah-istilah tersebut. (Suwastoyo August 31, 2004).
        Menurut Manila Times, acara televisi dan dinas pemerintah di Indonesia melakukan kesalahan dalam membuat dan menyebarkan singkatan baru. Mengapa orang Indonesia suka sekali membuat akronim-akronim? Mungkin karena berkaitan dengan kemudahan, dan lebih cepat untuk berbicara dan ditulis. Kata panjang dalam Bahasa Indonesia merupakan dorongan munculnya akronim. Media massa banyak menggunakan singkatan-singkatan untuk alasan ini, dan kata baru disebarkan dengan bantuan media massa. Sampai tingkat tertentu, semua bahasa-bahasa di dunia menggunakan singkatan dan akronim, tetapi  di Indonesia itu lebih biasa. Menurut artikel dalam Manila Times, masalahnya adalah tidak ada peraturan nasional yang perlu dipatuhi dalam membuat singkatan atau akronim yang baru. Akibatnya, dengan adanya singkatan dan akronim bebas ini, bahasa Indonesia perlu dikuatirkan karena mungkin bisa memburuk. Oleh sebab itu, untuk menghindari kerusakan bahasa sebagai warga negara Indonesia selayaknya menggunakan singkatan dan akronim yang sesuai dengan kaidah ejaan yang disempurnakan yang bersifat umum dan sudah disepkati bersama.

1.2     Masalah
     Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam analisis ini adalah bagaimana penggunaan tanda baca dalam penulisan singkatan dan penggunaan huruf kapital dalam penulisan akronim pada koran Kendari Pos edisi Jumat, 2 Maret 2012?

1.3      Tujuan
      Tujuan dari analisis ini adalah mendeskripsikan kesalahan penggunaan tanda baca dalam penulisan singkatan dan kesalahan penggunaan huruf kapital dalam penulisan akronim pada koran Kendari Pos edisi Jumat, 2 Maret 2012.

1.4      Manfaat
       Adapun Manfaat menganalisis kesalahan penggunaan tanda baca dalam penulisan singkatan dan kesalahan penggunaan huruf kapital dalam penulisan akronim pada koran Kendari Pos edisi Jumat, 2 Maret 2012 adalah
1)   Untuk menambah wawasan penulis mengenai penggunaan tanda baca dalam penulisan singkatan dan  penggunaan huruf kapital dalam penulisan  akronim yang benar.
2)  Untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai penggunaan tanda baca dalam penulisan singkatan dan penggunaan huruf kapital dalam penulisan akronim serta dapat dijadikan referensi untuk analisis selanjutnya.
3) Sebagai saran kepada wartawan koran Kendari Pos agar lebih memperhatikan dan teliti dalam menulis terutama dalam menerapkan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar khususnya pada penggunaan tanda baca dalam penulisan singkatan dan penggunaan huruf kapital dalam penulisan akronim.

1.5  Ruang Lingkup
     Objek kajian tulisan ini hanya difokuskan pada analisis kesalahan berbahasa yaitu kesalahan penggunaan tanda baca dalam penulisan singkatan dan kesalahan penggunaan huruf kapital dalam penulisan akronim pada koran Kendari Pos edisi Jumat, 2 Maret 2012, khususnya pada kolom Berita Utama, Bisnis, Sportif, Advertorial, Ragam, Info Selatan dan Iklan.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA


2.1  Konsep Singkatan dan Akronim
2.1.1 Konsep Singkatan
        Kata-kata bahasa Indonesia dalam pemakaiannya sering disingkat sehingga timbul singkatan kata. Masalah singkatan kata tidak boleh kita abaikan begitu saja, karena akhir-akhir ini perkembangannya makin meluas, sehingga apabila kita tidak rajin mengikutinya, pasti pada suatu saat kita tidak mengerti akan maksud singkatan kata tersebut.
Singkatan kata timbul karena pemakai bahasa menghendaki agar penguraian isi hatinya tidak memakan waktu atau tempat yang agak banyak. Pada akhir-akhir ini, banyak orang Indonesia yang makin bernafsu dalam hal membuat singkatan kata, sehingga singkatan kata mulai membanjiri perbendaharaan bahasa Indonesia.
       Di dalam masyarakat tidak ada larangan membuat singkatan kata. Tetapi justru itulah sebaliknya tidak berlarut-larut dalam hal membuat singkatan kata, karena kalau tidak maka pada suatu waktu akan terjadi suatu surat atau karangan atau berita yang terdiri atas singkatan kata belaka. Jadi perlu juga mebatasi diri dalam membuat singkatan kata.
Singkatan kata yang sudah ada dalam bahasa Indonesia dewasa ini, di samping ada yang sudah umum, adapula yang masih belum dikenal masyarakat. Karena itu alangkah baiknya bila singkatan kata yang belum umum itu diberi penjelasan lebih dahulu akan maksudnya sebelum singkatan dipergunakan, sehingga pengertiannya tidak membingungkan pembaca atau pendengar.
        Dalam perkembangannya, singkatan kata itu ada yang sudah berubah kedudukannya menjadi kata yang dinamai kata singkatan. Jadi pengertian kata singkatan sebenarnya berasal dari singkatan kata. Bedanya ialah singkatan kata pada umumnya berupa morfem terikat, sedangkan kata singkatan sudah merupakan morfem bebas (Wirdjosoedarmo, 1987 : 57).

      Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, mendefinisikan bahwa singkatan adalah bentuk yang dipendekan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Bentuk-bentuk penulisan singkatan tersebut adalah sebagai berikut:

1)    Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya :
a)    A.S. Kramawijaya
b)    Muh. Yamin
c)    Suman Hs.
d)    M.B.A.       master of business administration
e)    S.E.             sarjana ekonomi
f)    Bpk.            bapak
g)    Kol.             kolonel

2) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya :
a)    DPR       Dewan Perwakilan Rakyat
b)    PGRI      Persatuan Guru Republik Indonesia
c)    PT           Perseroan Terbatsbr />d)    KTP        Kartu Tanda Penduduk
3)    Singkaan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik misalnya :
a)    dll.              dan lain-lain
b)    dsb.            dan sebagainya
c)    dst.             dan seterusnya
d)    hlm.            halaman
e)    sda.             sama dengan atas
Tetapi :
a)    a.n.           atas nama
b)    d.a.           dengan alamat
c)    u.b.           untuk beliau
d)    u.p.           untuk perhatian
e)    s.d.            sampai dengan

4)    Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya :
a)    Cu                kuprum
b)    cm                sentimeter
c)    Kva              kilovolt-ampere
d)    l                    liter
e)    kg                 kilogram
f)    Rp (500,00)     (lima ratus) rupiah

2.1.2  Konsep Akronim
    Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
1)    Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
 Misalnya :
a)    ABRI            Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
b)    LAN              Lembaga Administrasi Negara
c)    PASI             Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
d)    IKIP              Institut Keguruan dan Ilmu pendidikan

2)  Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya :
a)    Akabri              Akademi Aangkatan Bersenjata Republik Indonesia
b)    Bappenas          Badan Perencanaan Pembangunan  Nasional
c)    Iwapi                Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
d)    Kowani            Kongres Wanita Indonesia
e)    Sespa                Sekolah Staf Pimpinan Administrasi

3)    Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya :
a)    pemilu                pemilihan umum
b)    radar                   radio detecting and ranging
c)    rapim                  rapat pimpinan
d)    pilkada               pemilihan kepala daerah



BAB III
METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

3.1  Metode dan Jenis Penelitian
3.1.1  Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini bertujuan untuk membuat deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti. Dengan menggunakan metode ini diharapkan agar penelitian yang dilakukan semata-mata hanya didasarkan pada fakta yang terdapat pada koran Kendari Pos edisi 2 Maret 2012.

3.1.2  Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian pustaka yaitu suatu jenis penelitian dengan menggunakan berbagai sumber pustaka yang relevan dengan penelitian ini untuk menjawab permasalahan.

3.2  Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data tertulis berupa teks atau wacana yang terdapat pada koran Kendari Pos edisi Jumat, 2 Maret 2012.

3.3  Metode dan Teknik Pengumpulan Data
3.3.1  Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode baca catat, yaitu membaca teks atau wacana dan mencatat kesalahan penggunaan tanda baca dalam penulisan singkatan dan kesalahan penggunaan huruf kapital dalam penulisan akronim pada koran Kendari Pos edisi Jumat, 2 Maret 2012.

3.3.2  Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah teknik mengumpulkan teks atau wacana yang memiliki kesalahan penggunaan tanda baca dalam penulisan singkatan dan kesalahan penggunaan huruf kapital dalam penulisan akronim pada koran Kendari Pos edisi Jumat, 2 Maret 2012.

3.4  Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1)    Identifikasih langkah ini dilakukan dengan membaca sambil menandai bentuk-bentuk kesalahan penggunaan tanda baca dalam penulisan singkatan dan kesalahan penggunaan huruf kapital dalam penulisan akronim pada koran Kendari Pos edisi Jumat, 2 Maret 2012.
2)    Pemahaman data, pada langkah ini peneliti berusaha menentukan penanda kesalahan penggunaan tanda baca dalam penulisan singkatan dan kesalahan penulisan akronim yang terdapat pada koran Kendari Pos edisi Jumat, 2 Maret 2012.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1  Kesalahan Penggunaan Tanda Baca dalam Penulisan Singkatan dan Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital dalam Penulisan Akronim

3.1.1  Kesalahan Penggunaan Tanda Baca dalam Penulisan Singkatan

Analisis kesalahan penggunaan tanda baca dalam penulisan singkatan pada koran Kendari Pos edisi Jumat, 2 Maret 2012 khususnya pada kolom Berita Utama, Bisnis, Sportif, Advertorial, Ragam, Info Selatan dan Iklan adalah sebagai berikut:

1.    Muh Endang
Kesalahan penulisan singkatan Muh Endang merupakan kesalahan penulisan singkatan nama orang. Seharusnya penulisan singkatan Muh diikuti tanda titik. Hal ini sesuai dengan peraturan pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, bahwa penulisan singkatan nama orang diikuti dengan tanda titik.

2.    Sdr Yudhistira Renggala
Kesalahan penulisan singkatan Sdr Yudhistira Renggala merupakan kesalahan penulisan singkatan berupa sapaan. Seharusnya penulisan singkatan sapaan Sdr diikuti tanda titik. Hal ini sesuai dengan peraturan pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, bahwa penulisan  singkatan  berupa sapaan diikuti dengan tanda titik.

3.    H Nur Alam SE
Kesalahan penulisan singkatan H Nur Alam SE merupakan kesalahan penulisan singkatan nama gelar. Seharusnya penulisan singkatan H diikuti tanda titik, setelah nama orang sebelum nama gelar diikuti tanda koma, serta diantara dan diakhir singkatan SE diikuti tanda titik. Hal ini sesuai dengan peraturan pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, bahwa penulisan singkatan nama gelar, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.

4.    Nasruddin SSos
Kesalahan penulisan singkatan Nasruddin SSos merupakan kesalahan penulisan singkatan nama gelar. Seharusnya setelah nama orang diikuti tanda koma kemudian diantara dan diakhir singkatan SSos diikuti tanda titik.
Hal ini sesuai dengan peraturan pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, bahwa penulisan singkatan nama gelar, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.

5.    PT. MEDIA KITA SEJAHTERA
Kesalahan penulisan singkatan PT. MEDIA KITA SEJAHTERA merupakan kesalahan penulisan singkatan nama badan atau organisasi. Seharusnya penulisan nama badan atau organisasi ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik. Hal ini sesuai dengan peraturan pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, bahwa penulisan singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.

6.     Jl Saranani No. 75 Kendari
Kesalahan penulisan singkatan Jl Saranani No. 75 Kendari merupakan kesalahan penulisan singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf. Seharusnya singkatan jalan ditulis tiga huruf dan diikuti tanda titik. Hal ini sesuai dengan peraturan pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, bahwa penulisan singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.

7.    1999 S/D 2011
Kesalahan penulisan singkatan 1999 S/D 2011 merupakan kesalahan penulisan singkatan umum yang terdiri atas dua huruf yang seharusnya Singkatan S/D diikuti dua tanda titik bukan diikuti dengan tanda garis miring. Hal ini sesuai dengan peraturan pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, bahwa penulisan singkatan umum yang terdiri atas dua huruf yang berasal dari dua kata diikuti dua tanda titik.

8.    Hipnoterapi, Supranatural, Dll
Kesalahan penulisan singkatan Dll merupakan kesalahan penulisan singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf yang seharusnya singkatan Dll diikuti tanda titik. Hal ini sesuai dengan peraturan pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, bahwa penulisan singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.

9.    Hub: Nunung (081341822821)
Kesalahan penulisan singkatan Hub: Nunung (081341822821) merupakan kesalahan penulisan singkatan umum tiga huruf yang seharusnya singkatan Hub diikuti tanda titik bukan tanda titik dua. Hal ini sesuai dengan peraturan pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, bahwa penulisan singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.


3.1.2  Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital dalam Penulisan Akronim
Kesalahan penggunaan huruf kapital dalam penulisan akronim pada koran Kendari Pos edisi Jumat, 2 Maret 2012 khususnya pada kolom Berita Utama, Bisnis, Sportif, Advertorial, Ragam, Info Selatan dan Iklan adalah sebagai berikut:

Analisis kesalahan penggunaan huruf kapital dalam penulisan akronim pada koran Kendari Pos edisi Jumat, 2 Maret 2012  khususnya pada kolom Berita Utama, Bisnis, Sportif, Advertorial, Ragam, Info Selatan dan Iklan adalah sebagai berikut:
1)    Asosiasi Pengusaha Konstruksi Indonesia (ASPEKINDO)
Kesalahan penulisan akronim (ASPEKONDO) merupakan kesalahan penulisan akronim nama diri. Hal ini sesuai dengan peraturan pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, bahwa penulisan akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.

2)    Asosiasi Kontraktor Umum Indonesia (ASKUMINDO)
Kesalahan penulisan akronim (ASKUMINDO) merupakan kesalahan penulisan akronim nama diri. Hal ini sesuai dengan peraturan pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, bahwa penulisan akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.

3)    Panitia khusus (Pansus)
Kesalahan penulisan akronim (Pansus) merupakan kesalahan penulisan akronim yang bukan nama diri. Hal ini sesuai dengan peraturan pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, bahwa penulisan akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

4)    Rancangan peraturan daerah (Raperda)
Kesalahan penulisan akronim (Raperda) merupakan kesalahan penulisan akronim yang bukan nama. Hal ini sesuai dengan peraturan pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, bahwa penulisan akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

5)    Pemilihan kepala daerah (Pilkada)
Kesalahan penulisan akronim (Pilkada) merupakan kesalahan penulisan akronim yang bukan nama diri. Hal ini sesuai dengan peraturan pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, bahwa penulisan akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil

BAB IV
PENUTUP


4.1  Kesimpulan
Hasil analisis pada koran Kendari Pos edisi Jumat 2 Maret 2012   khususnya pada kolom Berita Utama, Bisnis, Sportif, Advertorial, Ragam, Info Selatan dan Iklan, terdapat sembilan kesalahan penggunaan tanda baca dalam penulisan singkatan dan lima kesalahan penggunaan huruf kapital dalam penulisan akronim. Jenis kesalahan penggunaan tanda baca dalam penulisan singkatan meliputi kesalahan penggunaan tanda baca dalam penulisan singkatan nama orang, kesalahan penggunaan tanda baca dalam penulisan singkatan nama gelar, nama badan atau organisasi,  penggunaan tanda baca dalam penulisan singkatan umum dua huruf, dan penggunaan tanda baca dalam penulisan singkatan umum tiga huruf atau lebih. Sedangkan kesalahan penggunaan huruf kapital dalam penulisan akronim meliputi kesalahan penulisan akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata yang seharusnya ditulis dengan huruf kecil seluruhnya dan Kesalahan penulisan akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang seharusnya ditulis dengan huruf awal huruf kapital.

4.2  Saran
Setelah menganalisis koran Kendari Pos edisi Jumat, 2 Maret 2012 terkait kesalahan penggunaan tanda baca dalam penulisan singkatan dan kesalahan penggunaan huruf kapital dalam penulisan akronim, penulis menilai bahwa jurnalis koran Kendari Pos masih banyak melakukan kesalahan dalam penulisan singkatan dan akronim. Oleh sebab itu, penulis menyarankan kepada perusahaan koran Kendari Pos agar lebih memperhatikan kriteria penulisan yang sesuai kaidah tata bahasa baku bahasa Indonesia agar bahasa Indonesia tidak musnah atau rusak dan tidak ketinggalan zaman.


DAFTAR PUSTAKA


 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2008. Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 0543a/U/1987 Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Hi-fest Publishing.
 http://muslich-m.blogspot.com/2010/03/jargon-politik.html.
 http://www.scribd.com/doc/45024835/Artikel-Abrevias.
 Koran Kendari Pos. 2 Maret 2012. Halaman 1-20.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Republik Indonesia. 2010. Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Redaksi Trans Media.
Wirdjojosoedarmo, soekono. 1987. Tata Bahasa Bahasa Indonesia. Surabaya : Sinar Wijaya.










RESENSI BUKU GAYA MENGAJAR YANG MENYENANGKAN SISWA




Buku                   :  Gaya Mengajar yang Menyenangkan Siswa
Penulis                :  Suparman Supardi
Penerbit               :   Pinus Book Publisher, Yogyakarta
Cetakan               :  I, Juni 2010
Tebal Buku         :  215 halaman
Peresensi             : Ikrawati
                     
     Buku “Gaya Mengajar yang Menyenangkan Siswa”,  ditulis oleh seorang penulis yang berdomisisli di Daerah Sulawesi Tenggara yaitu  penulis yang lahir di Bau-bau tanggal 1 April 1982. Selain sebagai penulis dia juga berprofesi sebagai pengajar SMK Kesehatan YKN Bau-bau. Beliau sangat hobi menulis, membaca dan mendengarkan musik klasik sehingga dengan hobi tersebut dia mampu menghasilkan buku ini yang mana jika ditinjau dari daftatar pustakanya memuat banyak referensi.
      Buku  ini  sangat  menarik  jika dibaca oleh para guru atau pendidik, karena memang  isinya ditujukan kepada para guru agar meningkatkan profesionalitas dalam mendidik siswa. Saya sebagai calon guru sangat tertarik membaca buku ini sehingga saya terobsesi untuk membacanya berulang-ulang. Sebab dalam buku ini menyajikan panduan penting bagi para guru untuk menemukan gaya mengajar yang tepat. Kehadiran buku ini juga dapat membantu para guru yang cara mengajarnya kurang profesional menjadi profesional. Sehingga tujuan guru mengajar bukan hanya menjalankan tuntutan kurikulum, menghabiskan materi dalam silabus dan menyelesaikan RPP. Akan tetapi, sebagai seorang guru profesional dan bertanggung jawab harus memiliki kemampuan mendidik.

       Dalam buku ini,  Suparman juga menyajikan berbagai cara mengajar yang menyenangkan siswa dengan berbagai teknik dan metode. Sehingga seorang guru dapat memiliki kepuasan dalam mengajar, baik kepuasan pribadi maupun kepuasan siswa. Dalam hal ini akan menghasilkan guru yang selalu dinanti dan diidam-idamkan oleh siswa.
Dalam penyusunan buku ini sudah sistematis, pembahasannya komunikatif dan jarang menggunakan bahasa asing sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Selain itu,  menampilkan berbagai contoh-contoh gaya mengajar yang diinginkan dan perlu diketahui oleh para guru. Namun, dalam pembahasan buku ini banyak dikaitkan dengan ayat-ayat Al Quran sehingga tidak universal, karena setiap guru tentu memilki keykinan yang berbeda. Walaupun demikian, buku ini tetap bermanfaat bagi guru.
    Dengan membaca buku ini guru mampu membawa perubahan pada anak didik, dari tidak tahu menjadi tahu, dari sikap yang tidak baik menjadi lebih baik dengan cara yang menyenngkan.


Rabu, 06 Juni 2012

TALK SHOW HADIRKAN PENULIS BEST SELLER


 OLEH : IKRAWATI


         Lastra merupakan suatu komunitas yang lahir tumbuh dan berkembang atas kerja keras orang-orang yang peduli terhadap perkembangan sastra. Sebagai wujud kesungguhan para anggota lastra, maka diadakan sebuah kegiatan Talk Show yang bertema Menulis Harus Bisa Jadi Penulis Pasti Bisa yang dirangkaikan dengan Launching Pena Lastra
Acara ini akhirnya digelar, kemarin (17/12) sekitar pukul 08.30 WITA di Aula FKIP Unhalu yang dihadiri oleh  mahasiswa bahasa Indonesia, dosen-dosen bahasa Indonesia serta umum. Menariknya, acara ini dimeriahkan oleh penulis best seller, Arham Rasyit yang biasa disapa Arham Kendari.
Hadirnya Arham, menambah semangat peserta untuk menghadiri acara ini. Sebab penulis genre humor asal Kendari ini, baru pertama kalinya diundang di FKIP Unhalu untuk berdiskusi langsung dengan mahasiswa pada forum tertentu.
        Sebelum acara diskusi dimulai, Arham dikejutkan dengan tampilan gamabar lucunya yang membuat peserta acara tertawa menggelitik. “ ini adalah kejutan buat Arham” ungkap Mas Jaya, selaku pemandu acara. Arham orangnya memang gokil, semua karyanya membuat pembaca tertawa. “ Saya menulis buku berawal dari kebiasaan gokil, sering menulis curhat dalam bentuk lelucon” ungkap Arham.
       Saat diskusi banyak peserta yang bertanya tentang pribadi Arham. Dia ternyata tidak hanya berprofesi sebagai penulis buku, tetapi juga bekerja sebagai karikatur kendari Kendari Pos. “ jika saya hanya bekerja sebagai penulis buku tidak bisa menjamin nafkah hidup, saya menulis buku hanya sebagai hobi dan hiburan sekaligus menghibur masyarakat/pembaca,” kata Arham saat ditanya oleh peserta acara.
       Sebagai selingan untuk menambah meriahnya acara, diiringi musikalisasi puisi dan irama gambus daerah oleh anggota Lastra sebagi pertunjukan hasil karya komunitas Lastra dibidang kesenian.
         Launching Pena Lastra yang berlangsung kurang lebih lima jam ini, diisi berbagai macam program acara menarik. Selain diskusi bersama Arham juga diadakan pembukaan Launching Pena Lastra oleh Samsudin, S. Pd, M. Hum sebagai pemimpin komunitas Lastra, yang ditandai dengan aksi peletusan balon sebagai simbol bahwa launching pena lastra telah resmi dibuka. Selain itu, juga tidak kalah meriah sebagai penutup acara diadakan kuis pemberian hadiah menarik bagi peserta Talk Show berupa Hp cantik dari komunitas Lastra yang dimenangkan oleh Arwahid, mahasiswa bahasa Indonesia angkatan 2009.
   














Jumat, 25 Mei 2012

DAPATKAH BAHASA INDONESIA MENJADI BAHASA INTERNASIONAL?


OLEH : IKRAWATI
 


  Dapatkah bahasa Indonesia menjadi bahasa Internasional?
“Tentu dapat”. Semua bahasa bisa saja menjadi bahasa Internasional tergantung bagaimana cara pemerintah negara tersebut menjadikan bahasanya sebagai bahasa Internasional, karena merupakan suatu kebanggaan tersendiri apabila bahasa suatu bangsa dipakai oleh masyarakat Internasional. Sebagai bahasa yang tidak sedikit diminati oleh negara luar, negara Indonesia berpeluang untuk menjadi bahasa dunia. Akan tetapi, menjadikan bahasa sebagai bahasa Internasional harus memenuhi berbagai persyaratan. Sebagaimana halnya bahasa Inggris yang merupakan bahasa Internasional, Salah satu persyaratannya adalah bahasa tersebut harus digunakan dalam diplomasi dan perdagangan internasional, dan juga berperan besar dalam penyebaran ilmu pengetahuan. Sebagai wilayah yang menjadi jalur perdagangan, bukan mustahil jika bahasa Indonesia menjadi bahasa perdagangan Internasional. Selain harus menjadi bahasa penyebaran ilmu pengetahun masyarakat dunia, bahasa diplomasi dan perdagangan masyarakat Internasional, syarat lainnya untuk menjadi bahasa Internasional adalah pemiliknya harus memiliki rasa percaya diri dan peduli terhadap bahasanya sendiri. Untuk itu, langkah utama yang harus dipenuhi agar bahasa Indonesia menjadi bahasa Internasional yaitu pemilik bahasa terutama masyarakat Indonesia harus berupaya membina dan mengembangkan bahasa Indonesia agar tidak punah dan tidak banyak terpengaruh oleh serapan bahasa Asing. Masyarakat Indonesia harus memegang semboyan “Jangan terlalu bangga berbahasa Asing tetapi banggalah barbahasa Indonesia dengan baik dan benar.”

       Selain itu, syarat suatu bahasa menjadi bahasa Internasional, harus banyak peminat dan pengguna bahasa tersebut. Upaya yang harus dilakukan agar bahasa Indonesia diminati dan banyak penggunanya, yaitu seperti kita ketahui bahwa di negara Indonesia memiliki banyak budaya yang unik yang banyak diminati oleh negara-negara luar sehingga banyak negara asing yang berkunjung di negara Indonesia. Dengan adanya peluang tersebut di negara Indonesia harus diterapkan anti kosa kata bahasa asing, maksudnya penggunaan kosa kata bahasa asing yang sering ditulis di pamflet-pamflet, maupun di pintu-pintu masuk harus di kurangi. Dengan demikian, orang-orang asing yang datang di Indonesia harus berusaha mempelajari bahasa Indonesia sehingga  bahasa Indonesia dapat diketahui banyak negara, serta peradaban bahasa Indonesia yang begitu unik dapat diminati oleh banyak negara.

Kamis, 24 Mei 2012

FRASA EKSOSENTRIS BAHASA MUNA


OLEH: IKRAWATI

FRASA EKSOSENTRIS BAHASA MUNA


BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang dan Masalah
1.1.1 Latar Belakang

     Sebagian besar anak Indonesia lahir dan memulai kehidupannya sebagai anak daerah. Mereka berkembang dan belajar mengenali sekitarnya melalui bahasa daerahnya. Hal itu dapat dipahami sebagai suatu kenyataan bahwa di Indonesia terdapat berbagai suku bangsa dengan bahasa masing-masing. Bahasa-bahasa yang digunakan oleh masing-masing suku bangsa yang menempati wilayah republik Indonesia umumnya dikenal dengan nama bahasa daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, bahasa daerah berfungsi sebagai: 1) lambang kebanggaan daerah,  2) lambang identitas daerah, serta 3) alat penghubung dalam keluarga dan masyarakat daerah. Dalam hubungannya dengan bahasa Indonesia, bahasa daerah berfungsi sebagai 1) pendukung bahasa nasional, 2) sumber kebahasaan untuk memperkaya kosa kata bahasa Indonesia, serta 3) pendukung kebudayaan daerah.
Hidup dan berkembangnya suatu bahasa daerah tergantung pada masyarakat pemakainya (Hasan, 1992 : 43).
       Bahasa daerah bisa hidup dan berkembang, bahasa daerah juga bisa mati dan sirna apabila masyarakat pemakainya tidak berupaya membina dan mangambangkannya. Dijelaskan pula oleh Hasan bahwa bahasa daerah yang mati mungkin diminati sebagai kuriositas, sedangkan bahasa daerah yang hidup dan berkembang memiliki fungsi serbaguna sebagai medium pengungkapan pikiran dan penghayatan manusiawi.
     Sehubungan dengan pendapat Hasan, dalam kaitannya dengan pertumbuhan, pengembangan bahasa nasional serta kepentingan pembinaan dan pengembangan bahasa daerah itu sendiri sebagai salah satu unsur kebudayaan, bahasa daerah perlu diselamatkan, dipelihara, dibina dan dikembangkan. Oleh sebab itu penggalian, pencatatan dan penelitian yang efektif terhadap bahasa daerah perlu dilaksanakan dan ditingkatkan. Melalui penelitian yang akan dilaksanakan perlu dikumpulkan data dan informasi tentang bahasa daerah, yang dapat digunakan untuk pengembangan bahasa dan pengembangan sosial budaya pada umumnya yang sekaligus menunjang pembangunan nasional.
         Bahasa daerah Muna merupakan salah satu bahasa daerah yang terdapat di Kabupaten Muna, Kota Raha, Provinsi Sulawesi Tenggara. Penutur bahasa Muna tersebar di beberapa daerah, yang terdiri atas tiga dialek yaitu dialek standar dituturkan oleh masyarakat Tongkuno dan sekitarnya, dialek Gulamas dituturkan oleh masyarakat Muna Selatan dan dialek Tikep dituturkan oleh masyarakat Tiworo Kepulauan. Penelitian ini berlokasi di Desa Wambona Kecamatan Wakorumba Selatan yang merupakan penyebaran dari dialek standar.
        Berbagai upaya pembinaan dan pengembangan bahasa daerah Muna guna pelestarian budaya dan keutuhannya, penelitian terhadap bahasa Muna telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, antara lain: (1) La Ino (1998) telah melakukan penelitian tentang Bentuk-Bentuk Proklitik Bahasa Muna yang Melekat pada Verba, (2) Laode Muh. Alifin (2001) telah meneliti tentang Afiks Pronomina Persona Ketiga Bahasa Muna, (3) La Unsa (2001) telah meneliti tentang Analisis Kategori Adverbia Bahasa Muna, (4) Nursina (2003) meneliti tentang Frasa Endosentris Bahasa Muna Dialek Gu- Mawasngka, (5) Muliana Samia (2002) meneliti tentang Perilaku Sintaksis Verba Bahasa Muna, (6) Zainuddin Sangka (2002) meneliti tentang Verba Turunan Bahasa Muna  (7) Hadirman (2006) meneliti tentang Pronomina Penunjuk Lokatif dalam Bahasa Muna, (8) Laode Sadia (2000) meneliti tentang Fungsi, Peran dan Kategori Kalimat Tunggal Bahasa Muna, (9) Musfirah (2005) meneliti tentang Analisis Fungsi-Fungsi Sintaksis Bahasa Muna Dialek Gu- Mawasangka, (10) Hasnah (2002) meneliti tentang Bentuk-Bentuk Pemarkah Ketunggalan Bahasa Muna Dialek Gu- Mawasangka. Dari sepuluh peneliti bahasa daerah Muna tersebut, masih banyak peneliti sebelumnya yang belum dicantumkan. Namun dari hasil observasi tentang penelitian bahasa daerah Muna, belum ada yang meneliti tentang “Frasa Eksosentris Bahasa Muna”. Oleh sebab itu, penelitian tentang  Frasa Eksosentris Bahasa Muna perlu dilakukan sebagai pelengkap penelitian sintaksis dalam bahasa Muna. Penelitian tentang Frasa Eksosentris Bahasa Muna ini relevan dengan penelitian  yang dilakukan sebelumnya yaitu ‘Frasa Eksosentris Bahasa Ciacia” yang diteliti oleh Rahman (2009) yang menjadi acuan dalam penelitian ini.
        Penelitian bahasa daerah dalam hal ini ”Frasa Eksosentris Bahasa Muna” sangat penting karena peran dan kehadirannya dalam percakapan sehari-hari sangat diperlukan yaitu dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi masyarakat khususnya penutur bahasa daerah Muna dan masyarakat di luar penutur bahasa daerah Muna pada umumnya agar bahasa daerah Muna lebih diketahui dan lebih dikenal. Hal ini juga merupakan salah satu upaya pelestarian budaya daerah. Kekhasan yang lain, yaitu berdasarkan kategori/kelas kata yang mengisi frasa eksosentris bahasa Muna dibentuk oleh preposisi nomina dan konjungsi pronomina verba sehingga perlu untuk dikaji. Sebagai contoh, La Ali negholi kenta so datumunu (Ali membeli ikan untuk dibakar). Konstituen yang menjadi penanda frasa eksosentris adalah konstituen so datumunu. Konstituen so datumunu, baik konstituen so maupun konstituen datumunu tidak bisa menduduki fungsi keterangan  sebab kedua konstituen tersebut tidak berterima.
      Penelitian terhadap frasa eksosentris bahasa Muna juga dapat dijadikan sebagai bahan pembanding dengan frasa eksosentris bahasa Indonesia. Di sisi lain, penelitian bahasa Muna juga dapat memberikan kontribusi dalam usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Muna yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi dalam usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.

1.1.2 Masalah
       Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah struktur  kategori/kelas kata yang mengisi frasa eksosentris bahasa Muna?

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.2.1 Tujuan Penelitian
      Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan struktur kategori/kelas kata yang mengisi frasa eksosentris bahasa Muna.

1.2.2 Manfaat Penelitian
        Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
1. Membawa usaha penyelamatan, pembinaan dan pengembangan bahasa daerah.
2. Membawa usaha pelestarian budaya daerah.
3. Dapat dijadikan sebagai acuan untuk peneliti selanjutnya.

1.3 Batasan Operasional
Dalam suatu penelitian, pemahaman dipandang sebagai suatu keharusan. Hal tersebut dimaksudkan  untuk mencegah penafsiran ganda yang terdapat dalam pembahasan penelitian. Adapun istilah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang tidak melampuhi batas fungsi.
2. Struktur frasa adalah susunan frasa atau pola-pola frasa.
3. Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak berhulu atau tidak berpusat.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sintaksis
    Banyak ahli yang telah mengemukakan penjelasan atau batasan sintaksis. Ada yang mengemukakan bahwa sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola yang dipergunakan sebagai sarana untuk menggabungkan kata menjadi kalimat (Striger dalam Tarigan, 1986 : 5). Sintaksis juga merupakan analisis mengenai konstruksi-konstruksi yang hanya mengikut sertakan bentuk-bentuk bebas. (Block and Trager dalam Tarigan, 1986 : 5). Menurut Ramlan dalam Tarigan (1986 : 5) sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur frasa dan kalimat.  Dari keterangan dan batasan-batasan tersebut, Tarigan membuat batasan sebagai berikut. Sintaksis adalah salah satu cabang tatabahasa yang membicarakan struktur-struktur frasa, klausa, dan kalimat (Tarigan, 1986 : 6).
      Menurut Chaer (1994 : 206) sintaksis membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain atau unsur-unsur lain sebagai satu kesatuan ujaran.   Verhaar (2006 : 11) memberikan definisi sintaksis sebagai cabang linguistik yang menyangkut susunan kata-kata dalam kalimat.
Ramlan dalam Konisi (2010 : 2) sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa. Dari berbagai definisi sintaksis tersebut, dapat disimpulkan bahwa sintaksis mengkaji tentang frasa, klausa dan kalimat.

2.2 Pengertian Frasa
       Frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih, yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa atau nonpredikatif (Cook dalam Tarigan 1986 : 93).
Pendapat lain dikemukakan oleh Widjojosoedarmo (1987 : 331) frasa adalah satuan linguistik yang terdiri atas dua kata atau lebih dan yang selalu menjalankan satu fungsi dalam sebuah kalimat. Sebagai contoh, orang itu akan membeli tiga ekor ayam di Pasar. Dalam kalimat tersebut terdapat empat macam frasa, yakni 1) konstituen orang itu terdiri atas dua kata dalam kalimat tersebut yang hanya menduduki satu fungsi yaitu subyek yang merupakan frasa nomina, 2) konstituen akan membeli terdiri atas dua kata dalam kalimat tersebut yang hanya menduduki satu fungsi yaitu predikat yang merupakan frasa verba, 3) konstituen tiga ekor ayam terdiri atas tiga kata dalam kalimat tersebut yang hanya menduduki satu fungsi yaitu fungsi obyek yang merupakan frasa numeral, 4) konstituen di pasar terdiri atas dua kata dalam kalimat tersebut yang hanya menduduki satu fungsi yaitu fungsi keterangan yang merupakan frasa preposisi.
       Chaer (1994 : 222) menguraikan frasa sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa frasa itu lebih dari sebuah kata. Kata yang dimaksudkan adalah satuan gramatikal bebas terkecil, maka pembentuk frasa itu harus berupa morfem bebas, bukan berupa morfem terikat. Jadi, konstruksi belum makan dan tanah tinggi adalah frasa, sedangkan konstruksi tata boga dan interlokal bukn frasa karena boga dan inter merupakan morfem terikat. Dari definisi itu juga terlihat bahwa frasa adalah konstruksi nonpredikatif. Ini berarti, hubungan kedua unsur yang membentuk frasa itu tidak berstruktur subjek-predikat atau berstruktur predikat-objek. Oleh karena itu, konstruksi adik mandi dan menjual sepeda bukan frasa; tetapi konstruksi kamar mandi dan bukan sepeda adalah frasa. Chaer (1998 : 301) menambahkan bahwa frasa adalah gabungan dua buah kata atau lebih yang merupakan satu kesatuan dan menjadi salah satu unsur atau fungsi kalimat.
       Frasa adalah suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih, baik dalam bentuk sebuah pola dasar kalimat maupun tidak (Parera, 2009:55). Sebuah frasa sekurang-kurangnya mempunyai dua anggota pembentuk. Anggota pembentuk ialah bagian sebuah frasa yang terdekat atau langsung membentuk frasa itu. Sebagi contoh, Dokter tua bangka itu membaca buku cerita komik. Dalam kalimat tersebut, kata tua bngka merupakan perluasan dari unsur dokter, kata cerita komik merupakan perluasan terhadap unsur buku. Perluasan itu tidak terbentuk satu pola klausa. Jadi, dokter tua bangka adalah sebuah frasa, buku cerita komik adalah sebuah frasa pula. Jika perluasan kata tersebut dihilangkn, maka konstruksi kalimat tersebut menjadi dokter membaca buku.
Lain halnya dengan (Badudu dan Ramlan dalam Konisi, 2011 : 12) mengemukakan bahwa frasa merupakan  satuan bahasa yang terdiri atas dua konstituen atau lebih yang tidak melampauhi batas fungsi. Dari berbagai pendapat para ahli mengenanai frasa, dapat disimpulkan bahwa frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak melampauhi batas fungsi dalan sebuah kalimat.

2.3 Jenis-Jenis Frasa
      Dalam berbagai pendekatan, frasa dapat dikelompokan ke dalam beberapa jenis. Frasa dapat ditentukan jenisnya berdasarkan konstituen pembentuknya, pola urutannya, distribusinya, dan dapat pula ditentukan jenisnya berdasarkan kategori/kelas kata pembentuknya (Badudu dkk. dalam konisi, 2010 : 13). Hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

2.3.1 Penjenisan Frasa Berdasarkan Jumlah Konstituen Pembentuknya
       Berdasarkan jumlah konstituen pembentuknya, frasa dapat dibedakan atas frasa yang terdiri atas satu konstituen pembentuk, dua konstituen pembentuk, dan dapat pula terdiri atas lebih dari dua konstituen pembentuk. Konstituen pembentuknya dapat berupa kata dan dapat pula berupa frasa (konisi, 2010 : 13).

2.3.2  Penjenisan Frasa Berdasarkan Pola Urutannya
Berdasarkan pola urutan, frasa dapat dibedakan atas frasa yang berpola urutan konstituen diterangkan (D) mendahului konstituen menerangkan (M) atau sebaliknya konstituen menerangkan (M) mendahului konstituen (D) (Alisjahbana dalam Konisi, 2010 : 14).
Konstituen diterangkan menjadi inti sebuah frasa sedangkan konstituen menerangkan menjadi atribut atau penjelas sebuah frasa. Karena itu, pola DM adalah sebuah pola urutan dalam sebuah frasa yang menempatkan konstituen diterangkan (D) mendahului konstituen menerangkan (M). Sebagai contoh frasa gemuk sekali. Konstituen gemuk sekali memiliki inti atau unsur pusat gemuk, sedangkan konstituen sekali merupakan konstituen atribut atau penjelas. Sebaliknya, pola MD adalah sebuah pola dalam frasa yang menempatkan konstituen menerangkan (M) mendahului konstituen (D). Sebagai contoh frasa sedang berolahraga. Konstituen sedang merupakan atributif atau penjelas, sedangkan konstituen berolahraga merupakan inti dari frasa tersebut.

2.3.3 Penjenisan Frasa Berdasarkan Kategori/Kelas Kata
      Berdasarkan kategori atau kelas kata pembentuknya, frasa dapat dibedakan atas konstituen yang diisi atau dibentuk. Kata yang berkategori atau berkelas kata utama meliputi: verba, nomina, adjektiva, dan numeralia.
Sedangkan kelas kata yang berkategori kelas kata perangkai meliputi preposisi dan konjungsi. Frasa yang diisi oleh kata yang berkategori kelas kata utama menjadi inti frasa dan frasa yang diisi oleh kata yang berkategori kata perangkai menjadi perangkai frasa (Konisi, 2010 : 14). Berdasarkan konstituen inti, kategori frasa terbagi atas:

1) Frasa Nomina
Frasa nomina adalah frasa yang memiliki unsur pusat berupa kata benda (Konisi, 2010:14). Sebagai contoh frasa sepatu baru dan gadis cantik. Frasa sepatu baru yang menjadi konstituen inti adalah konstituen sepatu, sedangkan yang menjadi konstituen atribut atau penjelas adalah konstituen baru dan frasa gadis cantik yang menjadi konstituen inti adalah konstituen gadis sedangkan yang menjadi konstituen atribut adalah konstituen cantik.

2) Frasa Adjektiva
Frasa adjektiva adalah frasa yang memiliki unsur pusat berupa kata sifat ( Konisi, 2010 : 15). Sebagai contoh frasa baik sekali dan sangat indah. Frasa baik sekali, konstituen yang menjadi unsur pusat adalah konstituen baik, sedangkan konstituen sekali menjadi konstituen atribut. Frasa sangat indah yang menjadi konstituen inti adalah konstituen indah, sedangkan yang menjadi konstituen atribut adalah konstituen sangat.

3) Frasa Verba
Frasa verba adalah frasa yang memiliki unsur pusat berupa kata kerja (Konisi, 2010 : 15). Sebagai contoh frasa berlari cepat dan sedang membaca. Frasa berlari cepat yang menjadi konstituen inti adalah konstituen berlari, sedangkan yang menjadi konstituen atribut adalah konstituen cepat. Frasa sedang membaca yang menjadi konstituen inti adalah konstituen membaca, sedangkan yang menjadi konstituen atribut adalah konstituen sedang.
4) Frasa Numeral
Frasa numeral adalah frasa yang unsur pusatnya atau yang menjadi intinya berupa kata bilangan (Konisi, 2010 : 15). Sebagai contoh frasa dua ekor dan empat biji. Frasa dua ekor yang menjadi konstituen inti adalah konstituen dua, sedangkan yang menjadi konstituen atribut adalah konstituen ekor. Frasa empat biji yang menjadi konstituen inti adalah konstituen empat, sedangkan yang menjadi konstituen atribut adalah konstituen biji.
Berdasarkan konstituen perangkai (relator), frasa dibedakan atas :

1) Frasa Preposisi
Frasa preposisional adalah frasa yang perangkainya menduduki posisi di depan sumbuhnya. Frasa ini diawali oleh preposisi sebagai perangkainya, diikuti oleh nomina atau frasa nomina (Konisi, 2010 : 15). Sebagai contoh frasa di kebun dan dari rumah Konstituen di pada frasa di Kebun merupakan preposisi, sedangkan konstituen kebun berupa kata benda. Frasa dari rumah yang menjadi unsur preposisi adalah konstituen dari, sedangkan konstituen yang menjadi kata benda adalah konstituen rumah.

2) Frasa Konjungsi
Frasa konjungsional adalah frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata penghubung sebagai penanda diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda klausa adalah predikat, maka petanda dalam frasa konjungsi selalu mempunyai predikat (Colin Widi Widawati 2010, 24 Juni 2012).
Sebagai contoh frasa sampai bertemu dan untuk Anda. Frasa sampai bertemu yang menjadi unsur konjungsi adalah konstituen sampai, sedangkan konstituen bertemu berupa kata kerja. Frasa untuk Anda yang menjadi unsur konjungsi adalah konstituen untuk, sedangkan konstituen Anda berupa pronomina.

2.3.4 Penjenisan Frasa Berdasarkan Distribusi Konstituen
Berdasarkan distribusi konstituen dalam kalimat, frasa dapat dibedakan atas dua jenis yaitu frasa endosentris dan frasa eksosentris. Penjelasan kedua frasa tersebut adalah sebagai berikut.

2.3.4.1  Frasa Endosentris
Frasa endosentris adalah frasa yang konstituen intinya berkategori sama dengan kategori seluruh frasa. Frasa endosentris dibedakan atas tiga kategori, yaitu (1) frasa endosentris koodinatif, (2) frasa endosentris atributif, dan (3) frasa endosentris apositif (Konisi, 2010 : 18). Penjelasan ketiga kategori tersebut adalah sebagai berikut.

1) Frasa Endosenris Koordinatif
         Frasa endosentris koodinatif adalah frasa yang konstituen-konstituennya memiliki kedudukan setara. Frase endosentris koordinatif dapat diisi oleh kategori nomina, verba, dan  adjektiva seprti contoh berikut.
(1) Sampaikan hormat saya kepada ibu bapak
Konstituen frasa yang dicetak miring pada konstruksi (1) merupakan inti sehingga dapat berdistribusi sama dengan distribusi seluruh frasa. Dengan demikian frasa pada kontruksi (1) dapat diuraikan sebagai berikut.
(1a) Sampaikan hormat saya kepada ibu atau sampaikan hormat saya kepada bapak.

2) Frasa Endosentris Atributif
           Frasa endosentris yang atributif memiliki anggota yang kedudukanmya tidak sama. Ada anggota frasa yang menduduki konstituen inti dan ada anggota frasa yang berposisi sebagai atribut (bukan inti). Sebagai contoh.
(1) Tukang itu membuat kursi kayu
Konstituen inti dari frasa tersebut adalah kata kursi, sedangkan kata kayu merupakan atribut. Selengkapnya, dapat dilihat berikut ini.
(1a) Tukang itu membuat kursi
           *Tukang itu membuat kayu

3) Frasa Endosentris Apositif
              Frasa endosentris apositif mirip dengan frasa endosentris atributif. Konstituen penjelas adalah frasa yang apositif. Konstituen apositif meurpakan konstituen yang berkedudukan sebagai penjelas tambahan. Dalam pengucapan, konstituen yang bertindak sebagai tambahan itu ditandai oleh jeda sebagai pembatas inti dan tambahan. Dalam bahasa tulis, pembatas itu ditandai oleh tanda koma.
 Contoh :
(1) Muhammad, nabi yang terakhir itu, wafat di Madinah.
(2) Kendari, ibukota propinsi sulawesi tenggara memiliki wilayah yang luas.
Konstituen yang dicetak miring tergolong frasa endosentris aposotif sehingga dapat saling mengganti.
(1a) Muhammad wafat di Madinah
(1b) Nabi yang terakhir itu wafat di Madinah
(2a) Kendari memiliki wilayah yang luas
(2b) Ibu kota Provinsi Sultra memiliki wilayah yang luas

2.3.4.2 Frasa Eksosentris
Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak berhulu atau berpusat (Cook dalam Tarigan, 1986: 94). Menurut (Konisi, 2010 : 16) Frasa eksosentris adalah frasa yang konstituen pusatnya tidak dapat berdistribusi sama dengan frasa yang dibentuknya. Frasa eksosentris dapat juga disebut frasa yang tidak memilki hulu/induk/inti/pusat. Kategori/kelas kata yang mengisi frasa eksosentris biasanya berupa preposisi dan konjungsi.
Frasa preposisi merupakan frasa yang terdiri atas preposisi dan konstituen lain berupa nomina. Seperti contoh berikut.
(1)  Perkara itu telah dibawa ke meja hijau
Dari contoh tersebut dapat diketahiu bahwa baik komponen ke maupun komponen meja hijau tidak dapat mengisi fungsi keterangan sebab konstruksi tersebut tidak berterima.
(1a)  * Perkara itu telah dibawa ke
(1b)  * Perkara itu telah dibawa meja hijau
Sedangkan frasa konjungsi merupakan frasa yang terdiri atas konjungsi dan konstituen lain berupa nomina/pronomina. Seperti contoh berikut.
(1)  Kain ini saya beli untuk ibu saya
Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa baik komponen untuk maupun komponen ibu saya tidak dapat mengisi fungsi objek, sebab konstruksi tersebut tidak berterima.
(1a)  *  kain ini saya beli untuk
(1b)  * kain ini saya beli ibu saya
Lain halnya dengan Usup, dkk. (1981 : 127) membagi frasa eksosentris atas tiga jenis yaitu frasa eksosentris direktif, frasa eksosentris non direktif, dan frasa eksosentris konektif.

1) Frasa Eksosentris Direktif
Frasa eksosentris direktif adalah frasa yang komponen pertamanya adalah berupa preposisi, seperti di, ke, dari, dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata yang biasanya berkategori nomina. Sebagai contoh frasa di gunung dan frasa dari besi, komponen pertamanya adalah preposisi sedangkan komponen keduannya berupa nomina.

2) Frasa Eksosentris Nondirektif
Frasa eksosentris nondirektif adalah frasa yang komponen pertamanya berupa partikel, seperti si dan sang atau kata lain seperti yang, para, dan kaum; sedangkan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata berkategori nomina, adjektiva dan verba. Sebagai contoh frasa si miskin dan frasa sang mertua, komponen pertamanya berupa partikel, sedangkan komponen keduanya berupa adjektifa dan nomina.

3) Frasa Eksosentris Konektif
Frasa eksosentris konektif adalah frasa yang salah satu unsurnya sebagai konektor atau penghubung unsur lain. Sebagai contoh frasa segera mandi. Komponen pertamanya berupa penghubung, sedangkan komponen keduannya berupa verba.

2.4 Struktur Frasa
Struktur frasa adalah susunan frasa atau pola-pola frasa. Setiap jenis frasa memiliki struktur yang berbeda-beda (Konisi, 2010 : 19). Struktur tersebut dapat dikemukakan sebagai berikkut.

2.4.1  Struktur Frasa Nominal
       Struktur frasa nominal merupakan frasa yang konstituen pusatnya atau konstituen intinya berupa nomina atau frasa nominal. Frasa ini bersifat koordinatif, atributi dan apositif.
Frasa nomina koordinatif beranggotakan dua konstituen pusat atau lebih yang semuanya merupakan nomina atau frasa nomina. Frasa nomina atributif memiliki inti berupa nomina atau frasa nominal. Atributifnya berada disebelah kiri atau disebelah kanan inti tersebut.
Dalam frasa nominal, atributifnya dapat berupa :
1) Adjektiva, misalnya sepatu hitam, kacang merah
2) Partikel, misalnya si pengecut, sang raja
3) Nomina, misalnya meja kayu, halaman rumah saya
4) Verba, misalnya orang berjalan, padi menguning
5) Numeralia, misalnya lima saudara, lima anak
6) Preposisi, misalnya orang di jalan, padi di ladang
7) Konjungsi misalnya sampai sore hari, uang untuk kontrak rumah (Konisi, 2010 : 19).

2.4.2  Struktur Frasa Verbal
       Frasa verbal memiliki konstituen inti verba atau frasa verba. Frasa verba itu dapat bersifat koordinatif dapat pula bersifat atributuf. Frasa verbal koordinatif terdiri atas dua konstituen inti atau lebih yang semuanya berkategori verba atau frasa verba.
Frasa verba atributif dapat berupa:
1) Verba, misalnya pulang memasak, belajar menari
2) Adjektiva, misalnya berlari cepat, berjalan lambat
3) Preposisi, misalnya memasak di dapur, pulang dari sekolah
4) Konjungsi, misalnya berlari dengan cepat, menyelam sambil menangkap ikan
5) Adverbia, misalnya akan pulang, ingin bersantai ria (Konisi, 2010 : 20).

2.4.3  Struktur Frasa Adjektival
Struktur frasa adjektival dapat bersifat koordinatif dan ada pula yang atributif. Frasa adjektival koordinatif semua konstituen pusatnya berupa adjektiva yang ditandai oleh relator.. Sebagai contoh tinggi besar, besar kecil, dan tua muda (Konisi, 2010 : 21).

2.4.4 Struktur Frasa Numeral
      Frasa ini beranggotakan numeral sebagai konstituen pusat. Frasa numeral yang koordinatif tampak seperti dalam ucapan aba-aba, misalnya satu, dua, tiga, dst. Dalam frasa numeral yang atributif, konstituen atributifnya berupa kata bantu bilangan, misalnya dua biji, tiga utas, sepuluh lembar (Konisi, 2010 : 21).

2.4.5 Struktur Frasa Preposisi
Struktur frasa preposisional lazim dicirikan sebagai kategori yang hanya diikuti oleh nomina atau frasa nominal, seperti kepada ibu, ke sekolah, ke pasar, dari kampus, dsb (Konisi, 2010 : 21).

2.4.6 Struktur Frasa Konjungsi
Struktur frasa konjungsional biasanya diisi oleh konjungsi dan kategori/kelas kata lain yang mendampinginya. Kategori/kelas kata yang mendampinginya dapat berupa:
1) Nomina, misalnya dengan cangkul, untuk ibu,
2) Adjektiva, misalnya dengan ramah, dengan cepat,
3) Numeralia, misalnya sampai seratus, mulai seribu (Konisi, 2010 : 22



BAB III
METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

3.1 Metode dan Jenis Penelitian
3.1.1 Metode Penelitian
      Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Maksud dari metode ini bahwa penelitian ini dilakukan seobjektif mungkin dan didasarkan semata-mata kepada fakta sesuai dengan kenyataan di lapangan.

3.1.2 Jenis Penelitian
    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan, yaitu peneliti langsung ke lapangan untuk memperoleh data sesuai dengan masalah penelitian.

3.2 Data dan Sumber Data
3.2.1 Data
        Data dalam penelitian ini adalah bahasa lisan. Data ini berupa tuturan (frasa, klausa, dan kalimat) yang dituturkan oleh penutur asli bahasa Muna di Desa Wambona Kecamatan Wakorumba Selatan Kabupaten Muna yang diperoleh dari informan di lapangan.
3.2.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data lisan yang berasal dari informan yang menuturkan bahasa Muna yang telah memenuhi syarat atau kriteria. Syarat kriteria yang dimaksudkan meliputi:
1.) Penutur asli yang berdomisili di lokasi penelitian.
2.) Jarang meninggalkan daerah atau lokasi penelitian dalam waktu yang terlalu lama
3.) Saling memahami antara peneliti dan informan.
4.) Sabar dan memiliki waktu yang cukup untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dari penelitian ini, digunakan metode simak dan metode cakap. Metode simak yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara menyimak setiap pembicaraan informan. Metode cakap yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh data lisan dengan cara mengadakan kontak langsung dengan informan. Kontak langsung yang dimaksudkan adalah kontak langsung secara verbal.


3.3.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik rekam dan teknik catat. Teknik rekam digunakan dengan pertimbanmgan bahwa data yang diteliti berupa data lisan. Teknik ini menggunakan alat bantu tape recorder. Selain teknik rekam, digunakan pula teknik catat yang digunakan sebagai koreksi terhadap hasil rekaman yang kurang jelas.

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data
3.4.1 Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data, penelitian ini menggunakan pendekatan struktural yakni peneliti berupaya memberikan gambaran secara objektif tentang frasa eksosentris bahasa Muna yang dikaji dengan melihat struktur frasa tersebut yang meliputi kategori/kelas kata yang mengisi frasa eksosentris bahasa Muna.

4.4.2  Teknik Analisis Data
Berdasarkan metode analisis data di atas, maka teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis Pilah Unsur Langsung (PUL). Teknik pilah unsur langsung yaitu memilah data berdasarkan satuan lingual menjadi beberapa bagian atau unsur. Teknik ini dianalisis dengan menggunakan teknik kajian menurun (top down).


DAFTAR PUSTAKA


Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya : Airlangga University Press.
Chaer, A. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Chaer, A. 1998. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Hasan, Fuad. 1992. Renungan Budaya. Jakarta : Gramedia.
Konisi, La Yani. 2010. Sintaksis Bahasa Indonesia. Kendari : JPBS FKIP Unhalu.
Parera, J. D. 2009. Dasar-Dasar Analisis Sintaksis. Jakarta : Erlangga.
Tarigan, H.G. 1986. Pengajara Sintaksis. Bandung : Angkas.
Usup, HT dkk. 1981. Morfologi dan sintaksis Bahasa Boolang Mongogondrow. Jakarta : DEPDIKBUD.
Verhar, J.M.W. 2006. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Gadja Mada University    Press.
Widawati. C.W. 2010. Farasa. Klausa, Kalimat, Struktur dan Analisisnya. Http://Colinawati.blog.uns.ac.id/2010/05/10/13. 24 Juni 2012.
Widjojosoedarmo, Soekono. 1987. Tata Bahasa Bahasa Indonesia. Surabaya : Sinar Wijaya.