GERAKAN MASA SEBAGAI AJANG POLITIK
OLEH : IKRAWATI
Generasi muda merupakan ujung tombak yang menentukan masa depan bangsa. Sebagaimana Presiden Soeharto menyatakan bahwa “ tanpa ikut sertanya pemuda, bangsa ini tidak akan maju. Bukan saja karena pemuda merupakan lapisan masyarakat yang besar, tetapi yang lebih penting tanpa kegairahan dan kreatifitas pemuda, maka pembangunan bangsa kita dalam jangka panjang akan kehilangan kekuatan pendorongnya dan kehilangan arah kelanjutannya.” Oleh sebab itu, generasi muda harus mengetahui dan mendalami ilmu politik, karena pada prinsipnya pendidikan politik bagi generasi muda merupakan rangkaian usaha untuk meningkatkan dan memantapkan kesadaran politik dan kenegaraan, guna menunjang kelestarian pancasila dan UUD 1945 sebagai budaya politik bangsa. Pendidikan politik dalam hal ini untuk menuntaskan organisasi kenegaraan bukan politik yang melahirkan gerakan massa yang bersifat anarkis.
Politik di Indonesia saat ini diwarnai berbagai macam kontroversi, umumnya dilakukan oleh generasi muda terutama mahasiswa yang memiliki pengetahuan yang intelektul. Dalam memandang negara sebagai negara demokrasi yang menetapkan kekuasaan berada di tangan rakyat, maka kedudukan pemimpin ditentukan oleh rakyat, sehingga kebebasan mengeluarkan pendapat semakin marak di kalangan mahasiswa. Maraknya kebebasan mengeluarkan pendapat ini, berawal dari ketidak puasan rakyat terhadap kebijakan pemerintah yang pada akhirnya muncul budaya demonstrasi yang telah menjadi fenomena mutakhir kehidupan Indonesia saat ini.
Saat ini demonstrasi telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari khususnya di Sulawesi Tenggara, di mana hampir semua orang bersentuhan dengannya, paling tidak dengan kemacetan lalu lintas yang diakibatkannya. Lebih jauh lagi, demonstrasi telah menjadi komoditi. Proses komodifikasi demonstarsi ini serupa dengan bisnis pesta pengantin, pesta ulang tahun dan semacamnya, tinggal dipilih paketnya: berapa orang, temanya apa, melempar batu atau molotov. Memang demonstrasi melambangkan mahasiswa yang kritis, mahasiswa yang peduli rakyat, tapi apakah dengan demonstrasi akan merubah semua?
Gerakan mahasiswa saat ini telah berbeda, masing-masing yang berkepentingan membentuk suatu gerakan untuk mengelurkan aspirasinya yang terkadang bukan hanya untuk kepentingan masyarakat tetapi untuk kepentingan elit politik. Sehingga alhasil yang ada, yang diinginkan masyarakat tidak selalu signifikan. Maka jangan heran kalau masyarakat terkadang tidak pro dengan gerakan mahasiswa.
Begitulah kenyataannya, kita tidak tahu kapan aksi ini akan berakhir. Terkadang pemerintah sudah merevisi kebijakannya tetapi ada-ada saja pergolakan untuk melakukan aksi. Hal ini terjadi karena kelompok aksi terjebak dengan kepentingan politik yang lebih sempit dan justru buruk bagi citra gerakan mahasiswa itu sendiri. Kelompok masa yang terjebak dalam gerakan ini biasanya ada harapan-harapan tertentu yang ingin dicapai. Sebagai contoh, adanya gerakan mahasiswa yang ingin menjatuhkan presiden Gus Dur pada saat itu. Kemudian ada juga gerakan para demonstran yang mengamuk akibat tidak mendapat imbalan yang dijanjikan dari kordinator mereka. Demonstran ini berasal dari kelompok yang menamakan diri “ Gema Lapar “. Pada saat itu, sekitar 100 demonstran datang ke gedung MPR/DPR untuk menentang kenaikan harga BBM. Usai berdemonstrasi, mereka merusak sebuah mobil yang diduga mobil milik orang yang menjanjikan mereka memberi bayaran. Perusakan berawal dari kekecewaan sebagian pengunjuk rasa yang belum menerima bayaran, padahal mereka sudah berpanas-panasan. Dari gambaran tersebut, kita dapat menafsirkan bahwa tidak semua gerakan masa yang terorganisir hanya menyurakan aspirasi rakyat, tetapi juga karena ada tendensi politik di dalamnya.
Merupakan keunikan tersendiri ketika melihat demonstrasi saat ini telah menjadi fenomena di tengah masyarakat. Demonstrasi telah menjadi sebuah media penyaluran aspirasi, penyampaian kritik sosial hingga wujud mosi tidak percaya terhadap pemerintah dengan segala kebijakannya. Mahasiswa sebagai motor sebuah aksi demonstrasi, tak canggung-canggung dengan lantang meneriakkan suara rakyat yang tertindas oleh berbagai kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat.
Berpeluh keringat karena harus berdemonstrasi di bawah terik matahari, mahasiswa tetap bersemangat untuk menyampaikan berbagai tuntutan yang merupakan representasi tuntutan rakyat. Mahasiswa pun rela merogoh kocek mereka untuk membuat berbagai perangkat aksi untuk mendukung aksi mereka. Hmmm....dari mana ya uang untuk membuat berbagai perangkat aksi serta membeli air mineral selama mereka berdemonstrasi? Sebagai pilar demokrasi keempat, mahasiswa masih dipercaya memiliki kemurnian tekad dan tujuan untuk menyampaikan dan memperjuangkan kepentingan rakyat. Namun, bagaimana jika mahasiswa menyalahgunakan peranan mereka sebagai agen of change dengan motif tertentu, seperti mendapatkan uang tambahan sebagai peserta demo bayaran? Seharusnya, mahasiswa mempunyai idealisme tinggi. Jangan sampai mahasiswa mendemo dengan niat mencari keuntungan tanpa melihat dan mengkaji apakah yang disuarakan itu adalah sebuah kebenaran atau bukan.
Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang akan terus membangun dan mengembangkan bangsa. Maka dari itu, jangan sampai mahasiswa melakukan tindakan bodoh dengan melakukan demonstrasi, namun bukan demonstrasi yang murni untuk kepentingan rakyat. Sudah bukan rahasia, jika saat ini kerap terjadi adanya demonstrasi “pesanan” atau masa pendemo tandingan. Demonstrasi tidak lagi murni meneriakkan kepentingan rakyat, namun meneriakkan kepentingan mereka yang memiliki uang dan kekuasaan. Ironisnya, saat ini mahasiswa pun seakan terseret dalam adanya demonstrasi semacam ini. Akibatnya, banyak masyarakat yang sudah tidak simpatik dengan perilaku mahasiswa saat berdemonstrasi yang terkadang liar. mahasiswa mestinya lebih bertanggung jawab dalam menyuarakan pendapat. Mahasiswa juga harus mengerti arah dan tujuan saat mereka melakukan demonstrasi. Mahasiswa harus mampu menjadi contoh yang lebih baik untuk pencerahan bagi masyarakat. Seorang kaum terpelajar, berdemo kok dibayar, itu memalukan. Mahasiswa harus lebih selektif dan bertanggung jawab dengan tujuan yang jelas, yang tidak merugikan pihak lain ketika menyuarakan pendapatnya. Hendaknya, mahasiswa bersuara untuk kepentingan rakyat dan kepentingan bersama. Kalau sampai mahasiswa itu dibayar untuk demo, itu jelas penyimpangan.
itu perlu jika dilakukan dengan tujuan yang jelas, Karena demo menunjukan demokrasi. Jika elemen mahasiswa tidak turun ke jalan untuk berdemo dan hanya berdiam diri di dalam kampus, maka tidak akan ada reformasi dan demokrasi seperti yang kita rasakan sekarang ini. Saya yakin bahwa berdemonstrasi dengan tujuan yang baik dan sesuai koridor-koridor yang berlaku tetap mempunyai manfaat dan demonstrasi turun ke jalan tanpa tujuan yang jelas, mengganggu ketertiban, membuat kerusuhan mungkin itu dikatakan tidak bermanfaat. Kalau saja tetesan keringat, habisnya suara untuk berteriak mengharapkan kebaikan buat negeri ini kenapa harus sia-sia.
Oleh sebab itu, bentuklah gerakan yang benar-benar menyuarakan aspirasi rakyat, dan berniat melakukan aksi demi kepentingan rakyat karena demonstrasi itu perlu jika dilakukan tanpa anarkis. Apalah gunanya melakukan demonstrasi hanya untuk mendapatkan amplop yang dapat dinikmati sekejap dengan berpanas- panasan seharian, serta apalah gunanya infestasi politik kalau hanya janji belaka. sebagai mahasiswa teRdidik kita harus menjaga citra kemahasiswa di masyarakat agar kita di pandang sebagai mahasiswa yang intelektual dan mampu membawa bangsa ini menjadi lebih baik di masa mendatang. Jika citra mahasiswa rusak, maka semuanya jadi rusak masyarakat pasti berpikir mau dikemanakan negeri kita nantinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar